Mengenal sang maha pemberi
rezeki
žAllah Maha Pemberi Rezeki (Ar-Razzaq)
žAllah Maha Pemberi Rezeki (Ar-Razzaq)
Allah
berfirman dalam QS. Hud :6
“Dan tidak
ada satu binatang melata pun dimuka bumi melainkan Allah-lah yang
memberirezekinya,dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata.”
Imam Ghazali
membagi rezeki kedalam dua bagian. Pertama , rezeki lahiriah. Kedua, rezeki
batiniah
Penghambat Jalannya Rezeki
Penghambat Jalannya Rezeki
- Lepasnya
ketawakalan dalam hati
- Dosa dan
Kemaksiatan
Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya
seseorang terjauh dari rezeki disebabkan
oleh perbuatan dosanya. (HR. Ahmad)
- Maksiat saat
mencari nafkah
- Pekerjaan yang
melalaikan kita dari mengingat Allah
- Enggan Bersedekah
SESUNGGUHNYA KITA
DICIPTAKAN UNTUK KAYA
- Kaya adalah yang paling sedikit kebergantungannya pada sesuatu
- Kaya adalah yang paling sedikit kebergantungannya pada sesuatu
Rasulullah
saw bersabda : “Allah swt berfirman ‘Wahai Anak Adam luangkanlah waktu untuk
beribadah kepada-Ku niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Kututupi
kefakiranmu. Dan jika engkau tidak berbuat (menyediakan waktu untuk beribadah
kepada-Ku) niscaya akan Kupenuhi dadamu dengan kesibukan (keruwetan) dan tak
akan Ku tutupi keperluan (kefakiran)’.” (HR. Ahmad)
- Jangan suka menganggur
- Jangan suka menganggur
“Jika Anda
tidak menyibukkan diri dengan kebenaran. Anda akan disibukan oleh kebatilan. -
imam Syafi’i
Kerja adalah ibadah
- Keduanya memiliki hubungan kuat terkait dengan kewajiban manusia kepada Allah, khususnya kewajiban mendapatkan nafkah
- Mencari rezeki halal merupakan kewajiban bagi setiap pribadi muslim
- Tingkat kewajiban mencari rezeki halal merupakan kewajiban kedua setelah menunaikan kewajiban ibadah yang sifatnya murni
- Mencari rezeki yang halal sama nilainya seperti jihad disini bukan jihad mengangkat senjata untuk membela agama / membela negara, namun jihad mencari nafkah untuk memperjuangkan kehidupan anak, pasangan, dan keluarga
- Keduanya memiliki hubungan kuat terkait dengan kewajiban manusia kepada Allah, khususnya kewajiban mendapatkan nafkah
- Mencari rezeki halal merupakan kewajiban bagi setiap pribadi muslim
- Tingkat kewajiban mencari rezeki halal merupakan kewajiban kedua setelah menunaikan kewajiban ibadah yang sifatnya murni
- Mencari rezeki yang halal sama nilainya seperti jihad disini bukan jihad mengangkat senjata untuk membela agama / membela negara, namun jihad mencari nafkah untuk memperjuangkan kehidupan anak, pasangan, dan keluarga
Langkah cerdas menjemput
keberkahan
- Memulai setiap pekerjaan yang berarti dengan berzikir kepada Allah
- Takut kepada Allah dan takut akan azab-Nya
- Mendirikan dan menjaga shalat
- Ridha kepada pembagian Allah
- Sedekah Harta
- Allah akan melipatgandakan harta yang disedekahkan
- Tidak berkurang harta yang disedekahkan
- Memulai setiap pekerjaan yang berarti dengan berzikir kepada Allah
- Takut kepada Allah dan takut akan azab-Nya
- Mendirikan dan menjaga shalat
- Ridha kepada pembagian Allah
- Sedekah Harta
- Allah akan melipatgandakan harta yang disedekahkan
- Tidak berkurang harta yang disedekahkan
Rasulullah saw bersabda, “ Ada tiga hal
yang aku bersumpah, maka hafalkanlah: (1) tidak akan berkurang harta karena
sedekah; (2) tidak ada seorang pun hamba yang dizalimi kemudian ia bersabar,
pasti Allah akan menambahkan kemuliaan; (3) tidak ada seorang hamba pun membuka
pintu meminta-minta, kecuali Allah akan membukakan pintu baginya kefakiran.
(HR. At-Tirmidzi)
- Perbanyak membaca Istighfar
- Perbanyak membaca Istighfar
Rasulullah saw bersabda, “ Barang siapa yang selalu menjaga
istighfar, maka Allah akan memberi jalan keluar dalam setiap kesempitannya,
membukakan jalan dari kesusahannya, serta Allah akan memberinya rezeki dari
yang tidak disangka-sangka.” (HR. AbuDawud, An-Nasai, dan Ibnu Majah)
- Silaturahim
- Silaturahim
Rasulullah Saw bersabda, “ Barang siapa yang ingin diluaskan
rezekinya, atau ingin jejak sejarahnya dikenang selalu, hendaklah ia
bersilaturahim. (HR. Al-Bukhari)
- Makan bersama-sama
- Makan bersama-sama
Rasulullah saw bersabda, makanlah kalian semua dan janganlah
kalian bercerai berai, karena sesungguhnya keberkahan itu bersama jamaah. (HR.
Ibnu Majah)
- Berangkat pagi-pagi dalam usaha mencari rezeki
- Jujur dalam jual beli
- Berangkat pagi-pagi dalam usaha mencari rezeki
- Jujur dalam jual beli
PENGHALANG KEBERKAHAN
- Memakan harta yang tidak halal
- Berbuat maksiat dan dosa
- Memakan harta yang tidak halal
- Berbuat maksiat dan dosa
Rasulullah saw berrsabda, Sungguh, sesorang ituakan terhalang
dari rezekinya disebabkan dosa yang diperbuatnya.’ (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
- Pengkhianatan dalam rumah tangga
- Pengkhianatan dalam kongsi bisnis.
- Melampaui batas dan berbuat zina
- Sumpah palsu
- Pengkhianatan dalam rumah tangga
- Pengkhianatan dalam kongsi bisnis.
- Melampaui batas dan berbuat zina
- Sumpah palsu
Rasulullah saw bersabda, Sumpah itu kelihatannya bisa cepat
melarisan barang, tapi ia bisa menghapus keberkahan.” (HR. Al Bukhari)
- Memakan riba
- Memakan riba
Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah (QS. Al
Baqarah: 276)
- Fitnah
- Menyembunyikan cacat dan berbohomng dalam jual beli
- Tidak melaksanakan hak harta (zakat)
- Berbuat curang dalam timbangan dan takaran
- Tidak mau bersedekah takut uanngnya habis
- Fitnah
- Menyembunyikan cacat dan berbohomng dalam jual beli
- Tidak melaksanakan hak harta (zakat)
- Berbuat curang dalam timbangan dan takaran
- Tidak mau bersedekah takut uanngnya habis
Berguru pada lebah dan
lalat
Dalam kehidupannya lebah benar-benar binatang yang selektif, sedangkan lalat tidak selektif
Dalam kehidupannya lebah benar-benar binatang yang selektif, sedangkan lalat tidak selektif
40 Pelajaran Dari Lebah
Sumber: Syekh Abu Thalib al-Makki *
Allah Swt. befirman:
وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon, dan di tempat-tempat yang dibangun manusia!”
Dalam benakku muncul pertanyaan: mengapa Allah Swt. memberi wahyu kepada lebah, tidak kepada burung atau hewan bersayap lainnya? Saya telah berusaha keras untuk mendapatkan jawaban. Alhamdulillah, akhirnya Tuhan memberiku banyak pemahaman dan ide mengenai apa yang selama ini aku pertanyakan. Saya menandai tidak kurang dari empat puluh karakter ada pada lebah. Saya yakin, karena karakter-karakter itulah Allah Swt. memilih dan mengunggulkan lebah di antara hewan-hewan lainnya. Hal ini akan saya jelaskan tidak lama lagi.
Sebelum itu, saya tegaskan bahwa Allah Swt. telah mendorong kita menafakuri kehidupan lebah. Allah mengisyaratkan bahwa ada banyak pelajaran dan tanda-tanda kekuasaan-Nya pada lebah. Allah menyemangati manusia untuk mereguk banyak ilmu dan hikmah dari kehidupan lebah. Saya sendiri menemukan empat puluh karakter pada lebah. Semuanya merupakan karakter yang terpuji, baik, utama, mulia, indah, lembut, dan seterusnya. Semua itu ada—dan harus ada—pada diri seorang mukmin. Saya akan sebutkan setiap karakter secara ringkas, dengan harapan semoga menjadi peringatan bagi setiap mukmin yang mau membuka hati serta petunjuk bagi orang yang mempunyai akal dan pikiran. Saya yakin, karakter-karakter lebah yang akan saya paparkan merupakan bagian ilmu Alquran yang tersimpan di balik perumpamaan Alquran dan harus digali lewat tafakur dan olah nalar.
Sifat dan Karakter lebah yang harus dimiliki setiap mukmin
1. Seandainya semua jenis hewan terbang lainnya berkumpul, lalu mereka bahu-membahu melakukan satu pekerjaan yang biasa dikerjakan oleh lebah, mereka tidak akan sanggup melakukannya. Demikian juga seandainya seluruh manusia non-mukmin bersatu untuk melakukan satu amal yang sepadan dalam kualitas, kadar, dan nilai dengan amal seorang mukmin, niscaya mereka tidak akan sanggup melakukannya.
2. Lebah waspada akan gangguan dan penganiayaan burung, sedangkan ia sendiri tidak pernah mengganggu mereka. Demikian pula halnya dengan seorang mukmin. Meskipun orang-orang mengganggu, menghina, dan menzaliminya, seorang mukmin tidak mau membalas kejahatan mereka.
3. Lebah dianggap kecil dan hina oleh semua jenis burung, tetapi sekiranya mereka tahu apa yang ada di dalam perut lebah dan mencicipinya, niscaya mereka akan memuliakan dan menghormatinya. Demikian juga seorang mukmin. Orang-orang bodoh menganggapnya kecil, rendah, dan hina. Andaikan mereka tahu apa yang ada di dalam hati seorang mukmin berupa keindahan iman, ketulusan, rahasia-rahasia Tuhan, dan sebagainya, pastilah mereka rela menjadi tanah tempat kakinya berpijak atau mengangkatnya di atas kepala mereka.
4. Semua jenis burung hidup untuk diri mereka sendiri, mencari makan dan kebutuhan lainnya hanya untuk diri masing-masing. Lain halnya dengan lebah. Ia hidup untuk sesamanya dan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan rajanya. Demikian pula halnya dengan seorang mukmin. Di saat semua orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kesenangannya sendiri, ia hidup di dunia ini untuk Allah Swt.. Hidupnya ia pergunakan untuk melakukan ketaatan kepada-Nya serta bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan orang lain.
5. Kala malam tiba, semua burung masuk ke sarang masing-masing untuk beristirahat dan tidur. Mereka berhenti bekerja. Lain halnya dengan lebah. Ia lebih banyak bekerja di malam hari ketimbang di siang hari. Demikian juga seorang mukmin. Di waktu malam, saat orang-orang mengurung diri di rumah masing-masing, beristirahat dan tidur, seorang mukmin bangkit melangkahkan kaki mengambil air wudu, salat, lalu bermunajat kepada Tuhan seraya menyerahkan seluruh hidupnya dan mengadukan segala persoalan kepada-Nya.
6. Allah Swt. mengharamkan membunuh dan mengganggu lebah, tetapi menghalalkan manfaat yang dihasilkannya. Begitu pula seorang mukmin. Allah Swt. mengharamkan membunuhnya dan melarang mengganggu harga diri, harta, dan keluarganya, tetapi menghalalkan kebaikan dan manfaat yang diberikannya bagi siapa saja yang berhak menerima.
7. Lebah bekerja secara sembunyi-sembunyi. Orang hanya melihat dan menikmati hasilnya. Demikian pula halnya dengan seorang mukmin. Dengan ikhlas ia menyembunyikan amalnya dari penglihatan orang. Mereka baru melihat hasilnya nanti pada hari semua amal ditampakkan, yakni pada Hari Kiamat.
8. Lebah hanya mengambil apa yang ia butuhkan saja dari sesuatu tanpa merusak sesuatu itu. Begitu juga seorang mukmin. Ia hanya mengambil dari dunia ini apa yang benar-benar diperlukannya saja, yang dapat membawa kebaikan bagi diri, agama, dan hatinya. Apa yang ia ambil dijadikannya bekal untuk akhirat tanpa merusak atau menimbulkan kerugian pada sumber asalnya, dan tidak berlebihan.
9. Lebah tidak mau keluar dari sarang untuk memenuhi keperluannya pada hari yang berawan, ketika hujan, saat ada angin kencang, atau tatkala ada petir. Dalam keadaan seperti itu, ia tetap bertahan di sarang sampai keadaan benar-benar normal. Seperti itu pulalah seorang mukmin. Ia selalu berhati-hati dan pandai menahan diri ketika kezaliman merajalela, keharaman tersebar di mana-mana, kekacauan mendominasi suasana, dan keadaan carut-marut. Dalam keadaan yang tidak kondusif seperti itu, ia memilih tinggal di rumah serta menahan mulut dan tangannya, seraya menunggu apa yang akan Allah Swt. lakukan atas keadaan yang tengah berlangsung.
10. Lebah selalu menjauhi benda-benda yang kotor dan tidak mau hinggap di tempat-tempat yang kotor. Begitu pula seorang mukmin. Ia senantiasa menjaga kesucian diri dari maksiat dan hal-hal yang diharamkan. Ia selalu menjauhi segala sesuatu yang buruk, kotor, dan keji.
11. Ada sepuluh hal yang dapat menghancurkan dan merusak tatanan kehidupan lebah sehingga aktivitasnya terhenti, yaitu: asap, dingin, panas, awan, api, air, angin, gelap, lumpur, serta gangguan dan serangan dari sesama lebah atau musuh dari luar. Demikian juga seorang mukmin. Ada sepuluh hal yang dapat merobek keutuhan hatinya, merusak agamanya, dan menghentikan amalnya. Kabut kekerasan dan kelalaian hati, dinginnya rayuan dosa dan maksiat yang menusuk, panasnya hawa nafsu yang membakar, awan keraguan, api kemusyrikan, topan cinta dunia, gelapnya kebodohan, angin cobaan dan fitnah, bau busuknya keharaman, lumpur kebejatan, kezaliman dan kemungkaran, gangguan dari sesama manusia yang secara lahir berbaju iman tetapi hakikatnya penganut bidah dan pengidap kemunafikan, serta gangguan dari musuh, yaitu orang kafir. Kita memohon perlindungan kepada Allah Swt. dari segala ancaman membahayakan ini.
12. Lebah tidak mau berbaur dengan hewan lain yang tidak sejenis meskipun memiliki beberapa sifat yang mirip. Seperti itu pulalah seorang mukmin. Ia tidak mau berbaur dan bergaul akrab dengan orang yang tidak memiliki sifat yang sama walaupun nama dan bentuk mempunyai kemiripan.
13. Dari perut lebah keluar lebih dari satu cairan yang berbeda-beda warna. Setiap cairan mempunyai manfaat tersendiri yang mengagumkan. Demikian juga halnya dengan seorang mukmin. Dari hatinya keluar banyak ‘cairan’ yang beragam warna dan manfaatnya. Apa keluar dari hatinya itu mengalir lewat mulutnya berupa ilmu, hikmah, kata-kata bijak, isyarat, kecerdasan, cinta dan kasih sayang, kejujuran, nasihat, dan sebagainya.
14. Lebah mengeluarkan kotorannya lewat dubur, sedangkan madu dikeluarkannya lewat mulut. Begitu pula seorang mukmin. Syahadat tauhid, beragam ilmu, bacaan Alquran, zikir, kata-kata yang baik, serta amar-makruf dan nahi-mungkar dikeluarkannya dari mulut dengan pengucapan lidahnya. Adapun kotoran dan hadas dikeluarkannya lewat kubul atau dubur.
15. Lebah memakan yang baik, mengeluarkan yang baik, serta memberi kepada yang lain makanan yang lezat dan baik. Demikian juga seorang mukmin. Makanan yang dikonsumsinya baik dan ilmu yang diberikannya juga baik.
16. Lebah, bila hinggap di ranting atau dahan pohon, tidak mematahkannya. Bila meneguk sedikit air sesuai kebutuhannya, lebah tidak menyebabkan air yang ditinggalkan menjadi keruh. Bila mengisap sari bunga, lebah tidak merusak bagian bunga lainnya. Demikian pula halnya dengan seorang mukmin. Ia berinteraksi dengan sesama manusia dalam banyak hal dengan penuh perhitungan, keadilan, kasih sayang, dan nasihat. Ia bergaul sekadar untuk tahu tanpa menyakiti atau menganiaya serta memisahkan diri untuk menjaga keselamatan dan kesucian.
17. Jika ada orang yang coba mengusik lebah, menggangu ketenangan dan kehidupannya dengan mempermainkan atau merusak sarangnya, lebah pasti tidak akan tinggal diam. Ia pasti akan menyengat orang usil itu. Sebaliknya, jika seseorang berdamai dengan lebah, tidak mengusik ketenangannya, dan tidak mengganggu kehidupannya, maka lebah pun tidak akan berbuat apa-apa terhadapnya. Seperti itu pula watak, perilaku, dan sikap seorang mukmin. Terhadap orang yang meredam kemungkaran, tidak menunjukkan kemunafikan, dan tidak mempertontonkan kejahatan, ia tidak akan memata-matai atau menelisik jejaknya. Terhadap orang yang sebaliknya, ia akan mengingatkan dengan lisan dan mencegah dengan tangan (kekuasaan).
18. Lebah, kita lihat, selalu terbang di taman-taman bunga dan mengitari tempat-tempat yang wangi di pinggir-pinggir sungai atau di warung-warung yang menjual makanan manis. Demikian pula halnya dengan seorang mukmin. Engkau akan melihatnya selalu berada di majelis-majelis ilmu dan zikir serta di rumah para ulama, ahli hikmah, dan ahli makrifat yang berzuhud.
19. Lebah, bila hinggap di atas sekuntum bunga, tidak akan beranjak sebelum benar-benar kenyang mengisap sari bunga. Ia lebih memilih mati di taman bunga daripada pulang sebelum memperoleh apa yang dicarinya. Seperti itu pulalah seorang mukmin. Ketika mereguk manisnya takarub dengan Tuhan dan bertemu dengan seorang ahli hikmah, ulama yang memberinya nasihat agama, atau ahli makrifat yang menceritakan pengalaman rohani, ia akan merasa betah bersama mereka. Ketika melakukan amal saleh pun, ia enggan berhenti sampai kematian menghentikannya.
20. Di musim semi dan musim panas lebah memindahkan cadangan makanannya dari luar ke dalam sarang hingga penuh, sedangkan ia sendiri tinggal di luar sarang. Di musim dingin, ia masuk ke sarangnya dan berdiam di dalamnya sambil menata kembali tata ruang sarang. Demikian pula seorang mukmin. Di musim semi dan musim panas ia bekerja untuk memenuhi keperluan pangannya dan kebutuhan keluarganya yang bersifat primer. Begitu masuk musim dingin, ia segera mendatangi majelis-majelis ilmu dan zikir, mengunjungi para ahli ilmu dan ahli hikmah, beriktikaf di masjid, serta giat beribadah, mengevaluasi diri, dan menata kembali amal-amalnya.
21. Lebah makan dari hasil kerja kerasnya sendiri dan memberi yang lain dari jerih payahnya sendiri. Ia tidak pernah mengganggu milik hewan lain, bahkan matanya tidak pernah melirik sesuatu yang bukan miliknya. Seperti itu jugalah seorang mukmin. Ia makan dari usahanya sendiri, memberi orang lain dari hasil kerjanya sendiri, dan tidak pernah meminta-minta kepada orang lain betapapun butuhnya.
22. Ketika di dalam sarangnya tidak ada sesuatu yang bisa dimakan, lebah tidak akan masuk ke sarang lebah yang lain untuk mencari makanan. Jika di dalam sarangnya ada sesuatu yang bisa dimakan, ia makan. Jika tidak, ia pun menahan lapar. Demikian pula seorang mukmin. Betapapun ia membutuhkan bahan makanan, ia tidak akan mendatangi rumah orang untuk meminta-minta. Ia tidak akan berani mengambil milik orang lain dengan cara paksa atau lewat kekerasan, betapapun sulitnya ia mendapatkan bahan pangan. Jika ada orang yang memberi dengan suka rela, tanpa unsur pemaksaan, barulah ia menerima. Jika tidak, ia pun menahan lapar.
23. Lebah tidak bekerja berdasarkan pendapat sendiri atau menurut keinginan pribadi, melainkan berdasarkan petunjuk sang pemimpin. Ia hanya mengikuti apa yang telah digariskan oleh sang raja dan tidak keluar dari aturannya. Demikian juga seorang mukmin. Ia tidak beramal berdasarkan nalarnya sendiri atau menurut selera pribadinya, melainkan mengikuti imam dan ulama tepercaya.
24. Lebah tidak akan melaksanakan pekerjaannya sebelum menutup pintu sarangnya. Selagi masih ada celah, lubang, atau kebocoran dalam dinding sarangnya, ia terlebih dahulu memperbaikinya sebelum menggarap pekerjaannya. Begitu jugalah seorang mukmin. Ia tidak merasakan manisnya ibadah dan giatnya amal kecuali dalam kondisi tertutup ketika tidak ada yang melihatnya kecuali Allah Swt. atau, paling-paling, anggota keluarganya. Amal yang dilihat oleh anggota keluarga ketika berada di rumah atau oleh teman ketika berada dalam perjalanan, tidak mengurangi nilai ikhlas.
25. Lebah tidak memerlukan banyak barang dunia. Yang diperlukannya hanyalah air, bunga, dan tempat-tempat yang mengeluarkan aroma wewangian. Begitu pula halnya dengan seorang mukmin. Di dunia ini, yang dibutuhkannya hanyalah ilmu yang bermanfaat, zikir kepada Allah Swt., dan amal saleh. Itulah yang menjadi kesibukannya. Ia mengonsentrasikan diri, berjuang, dan mati di dalamnya.
26. Ukuran tubuh lebah kecil dan bentuknya tidak menarik—untuk tidak mengatakan hina, tetapi hasil karyanya berbobot, berkualitas tinggi, beharga mahal, berasa enak, dan merupakan makanan/minuman yang paling manis. Seperti itu pulalah seorang mukmin. Ukuran tubuhnya mungkin kecil serta banyak orang menghina dan meremehkan penampilannya, namun kualitas, nilai, dan amalnya amat berbobot dan sungguh mulia.
27. Lebah mempunyai tiga keadaan, yaitu: terbang dengan sayap, bergerak dan bekerja dengan tubuh, dan diam beristirahat. Demikian pula seorang mukmin. Ia mempunyai tiga keadaan. Pertama keadaan ketika terbang dengan hatinya, melintasi alam malakut dan dunia metafisik, serta meresapi makna-makna ilmu. Kedua keadaan ketika beribadah, mengabdi, dan beramal dengan anggota badan. Ketiga keadaan ketika berhenti dari dua keadaan sebelumnya. Dalam keadaan ketiga ini, ia beristirahat dengan melakukan apa yang dihalalkan oleh Allah Swt., seperti makan, minum, dan bercengkerama dengan anggota keluarga.
28. Lebah akan mati-matian mengejar orang yang mengambil barang miliknya, ke mana pun orang itu lari. Ia pasti akan mencegah tangan orang yang hendak mengambil harta miliknya berupa sarang dan madu. Ia tidak akan pernah menyerahkan harta miliknya begitu saja kepada siapa pun, kecuali terpaksa. Demikian juga halnya dengan seorang mukmin. Demi menjaga kehormatan diri, agama, keutuhan amal, dan keluarganya, ia rela mengorbankan jiwa dan hartanya.
29. Semua jenis burung menjadi najis begitu mereka mati dan tempat mereka mati juga menjadi najis. Lain halnya dengan lebah. Selagi hidup dan sesudah mati, ia tetap suci. Begitu pula seorang mukmin. Semasa hidup dan setelah matinya, ia tetap suci.
30. Makanan yang paling menggugah selera dan paling manis di dunia ini adalah madu yang dihasilkan oleh lebah. Demikian juga halnya dengan seorang mukmin. Ia menghasilkan manisan yang paling manis dan paling mengundang selera, yaitu makrifat, iman yang murni, ilmu yang bermanfaat, dan cinta yang suci.
31. Lebah, bila diterjang angin kencang hingga terlempar ke permukaan air, ke tanah berlumpur, atau ke tengah-tengah duri, ia masih bisa berjuang untuk bangkit dan akhirnya selamat lalu terbang lagi. Tetapi, apabila terlempar ke dalam api atau ke tengah-tengah asap, ia tidak akan selamat dan akhirnya binasa. Seperti itu pulalah seorang mukmin. Karena satu dan lain hal, mungkin ia terhempas ke dalam lumpur dosa dan maksiat. Hampir dapat dipastikan, ia bisa bangkit kembali dan keluar dari lumpur itu. Namun, jika ia terjerumus ke dalam kekufuran dan bidah, ia pasti akan binasa di dalamnya. Tidak ada harapan untuk bisa selamat.
32. Semua burung dapat dipikat dengan biji-bijian yang disimpan di dalam perangkap, sedangkan lebah tidak bisa dipancing dengan apa pun selain dengan apa yang dihasilkannya, yakni madu. Begitu terperangkap dalam madu, ia mati di dalamnya. Demikian pula halnya dengan seorang mukmin. Ia tidak bisa dipancing dengan benda atau rayuan duniawi. Ia hanya akan terpancing oleh Allah Swt. atau dengan apa yang dimiliki-Nya, seperti kebenaran, ilmu, dan hikmah.
33. Setiap kelompok lebah mempunyai seekor pemimpin. Selama sang pemimpin berada di tengah-tengah mereka, musuh tidak akan berani mengusik dan tidak akan coba-coba mengambil milik mereka. Apabila sang raja mati atau pergi meninggalkan mereka, mereka pun kocar-kacir berhamburan dan akhirnya satu persatu binasa. Demikian juga kaum mukmin. Selama para ulama dan imam berada di tengah-tengah mereka, musuh tidak akan berani mengusik mereka dan setan tidak akan berani mengganggu mereka. Jika tidak ada seorang pun ulama dan imam di antara mereka, mereka pun tercerai-berai dan akhirnya binasa.
34. Apabila raja lebah mempunyai cacat, rakyat lebah tidak dapat bekerja dengan baik, sarang pun tidak terawat dengan baik, dan pada gilirannya mereka akan hancur. Sebaliknya, jika sang raja lurus dan bertindak dengan bijaksana, rakyat lebah pun hidup dengan baik dan lancar. Seperti itu pulalah kaum mukmin. Bila para pemimpin mereka adil, para ulamanya bertakwa, serta para pedagang dan kaum profesionalnya jujur, maka urusan mereka akan berjalan dengan baik dan lancar. Jika tidak, mereka akan celaka.
35. Komunitas lebah akan tetap makmur meskipun sebagian anggota komunitasnya ada yang mengikuti hawa nafsu, ditimpa penyakit, atau melakukan kesalahan, selama raja mereka adil dan bertindak lurus. Demikian juga komunitas kaum mukmin. Apabila kalangan khusus mereka sudah tidak bermoral, kalangan awam pun akan terbawa binasa. Sebaliknya, meskipun kelakuan kalangan awam bobrok, mereka tidak akan binasa selama kalangan khusus berperilaku baik dan berakhlak mulia.
36. Ada dua jenis lebah: lebah yang ada di gunung-gunung dan bersarang di pepohonan dan lebah yang ada di tengah-tengah keramaian dan bersarang di perumahan. Lebah yang ada di gunung-gunung dan bersarang di pepohonan terlindung dari polusi dan relatif aman dari ancaman kebinasaan. Lebah yang ada di tengah-tengah perkampungan manusia dan bersarang di rumah-rumah atau bangunan lain yang dibuat oleh manusia, tidak aman dari bahaya kehancuran. Demikian juga halnya dengan orang beriman, ada dua macam. Di antara mereka ada yang menghabiskan sebagian besar waktunya di pasar-pasar dan sentra-sentra keramaian lainnya. Ada pula yang menempuh pola hidup zuhud, jauh dari keramaian, dan gemar mengasingkan diri di gunung-gunung atau di gua-gua untuk berkhalwat. Yang pertama relatif tidak aman dari fitnah dan kemungkinan terjerumus dalam hal yang haram dan syubhat. Yang kedua aman dari semua itu; mereka lebih tenteram, damai, selamat, dan suci.
37. Lebah tinggal di dalam sarang yang terbilang bersih dari benda-benda yang tidak diperlukan dan kosong dari barang-barang yang tidak berguna. Lebah, bahkan, tidak menyimpan sumber pangannya di dalam sarang. Dengan kata lain, ia tidak pernah membawa sekuntum bunga atau sumber makanan lainnya ke dalam sarang. Hal itu tidak membuatnya takut kelaparan. Ia begitu tenang dan damai tinggal di dalam sarang tanpa ada kekhawatiran akan sumber pangan. Demikian juga halnya dengan seorang mukmin. Ia tidak takut akan kemiskinan dan kebangkrutan. Menjadi miskin atau kaya baginya sama saja, sebab yang membuat dirinya merasa kaya adalah limpahan keyakinan dan manisnya kebersamaan dengan Tuhan.
38. Kawanan lebah, jika dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain, mereka menurut saja dan tinggal di tempat yang baru dengan nyaman. Seperti itu pulalah seorang mukmin. Di mana pun ia berada dan ke mana pun ia diajak, dengan senang hati ia akan menjalani dan mengikutinya. Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan seorang mukmin adalah seperti air, mengalir dengan mudah ke mana saja selama di sana tidak ada hal-hal yang dilarang oleh agama atau hal-hal yang dapat mengurangi kadar keberagamaannya.”
39. Lebah tidak suka dengan iklim yang terlalu panas atau terlalu dingin. Itu karena, baik iklim yang terlalu panas maupun yang terlalu dingin, keduanya dapat mengganggu, bahkan menghancurkan tatanan kehidupan mereka. Demikian pula halnya dengan seorang mukmin. Ia berada di antara takut dan harap. Terlalu berharap dapat merusak tatanan keberagamaannya dan terlalu takut dapat membuatnya putus asa dari rahmat Tuhan.
40. Lebah takut akan dua hal, yaitu: terik matahari yang menyengat di musim panas dan dingin yang menusuk di musim dingin. Begitu juga halnya dengan seorang mukimin. Ia berada di antara dua hal yang ditakutkan, yakni: ajal yang telah ditetapkan Allah Swt.—karena ia tidak tahu apa yang telah Allah Swt. tentukan bagi dirinya dalam ketetapan itu—dan ketetapan yang akan datang—karena ia tidak tahu apa yang Allah Swt. kehendaki bagi dirinya di masa depan.
Rasulullah saw. juga bersabda, “Seorang mukmin laksana lebah; ia memakan yang baik-baik, mengeluarkan yang baik-baik, serta hinggap di ranting tanpa mematahkannya.”
Inilah salah satu sifat mukmin. Ia memakan hanya yang baik dan memberi makan kepada yang lain pun hanya dengan yang baik. Ia orang baik dan memberi kebaikan bagi sesamanya. Ia memberi tanpa diminta, berlapang dada, bersikap santun, dan jauh dari keinginan menyakiti orang. Di mana pun berada, ia tak pernah membuat kerusakan. Tak heran jika persangkaan orang terhadapnya hanya persangkaan yang baik. Dengan sifat-sifat inilah segolongan kaum mukmin dikenal.[]
* Syekh Abû Thâlib al-Makkî adalah ulama klasik, penulis kitab termasyhur Qut al-Qulub (Nutirisi untuk Hati).
Sumber: Syekh Abu Thalib al-Makki *
Allah Swt. befirman:
وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon, dan di tempat-tempat yang dibangun manusia!”
Dalam benakku muncul pertanyaan: mengapa Allah Swt. memberi wahyu kepada lebah, tidak kepada burung atau hewan bersayap lainnya? Saya telah berusaha keras untuk mendapatkan jawaban. Alhamdulillah, akhirnya Tuhan memberiku banyak pemahaman dan ide mengenai apa yang selama ini aku pertanyakan. Saya menandai tidak kurang dari empat puluh karakter ada pada lebah. Saya yakin, karena karakter-karakter itulah Allah Swt. memilih dan mengunggulkan lebah di antara hewan-hewan lainnya. Hal ini akan saya jelaskan tidak lama lagi.
Sebelum itu, saya tegaskan bahwa Allah Swt. telah mendorong kita menafakuri kehidupan lebah. Allah mengisyaratkan bahwa ada banyak pelajaran dan tanda-tanda kekuasaan-Nya pada lebah. Allah menyemangati manusia untuk mereguk banyak ilmu dan hikmah dari kehidupan lebah. Saya sendiri menemukan empat puluh karakter pada lebah. Semuanya merupakan karakter yang terpuji, baik, utama, mulia, indah, lembut, dan seterusnya. Semua itu ada—dan harus ada—pada diri seorang mukmin. Saya akan sebutkan setiap karakter secara ringkas, dengan harapan semoga menjadi peringatan bagi setiap mukmin yang mau membuka hati serta petunjuk bagi orang yang mempunyai akal dan pikiran. Saya yakin, karakter-karakter lebah yang akan saya paparkan merupakan bagian ilmu Alquran yang tersimpan di balik perumpamaan Alquran dan harus digali lewat tafakur dan olah nalar.
Sifat dan Karakter lebah yang harus dimiliki setiap mukmin
1. Seandainya semua jenis hewan terbang lainnya berkumpul, lalu mereka bahu-membahu melakukan satu pekerjaan yang biasa dikerjakan oleh lebah, mereka tidak akan sanggup melakukannya. Demikian juga seandainya seluruh manusia non-mukmin bersatu untuk melakukan satu amal yang sepadan dalam kualitas, kadar, dan nilai dengan amal seorang mukmin, niscaya mereka tidak akan sanggup melakukannya.
2. Lebah waspada akan gangguan dan penganiayaan burung, sedangkan ia sendiri tidak pernah mengganggu mereka. Demikian pula halnya dengan seorang mukmin. Meskipun orang-orang mengganggu, menghina, dan menzaliminya, seorang mukmin tidak mau membalas kejahatan mereka.
3. Lebah dianggap kecil dan hina oleh semua jenis burung, tetapi sekiranya mereka tahu apa yang ada di dalam perut lebah dan mencicipinya, niscaya mereka akan memuliakan dan menghormatinya. Demikian juga seorang mukmin. Orang-orang bodoh menganggapnya kecil, rendah, dan hina. Andaikan mereka tahu apa yang ada di dalam hati seorang mukmin berupa keindahan iman, ketulusan, rahasia-rahasia Tuhan, dan sebagainya, pastilah mereka rela menjadi tanah tempat kakinya berpijak atau mengangkatnya di atas kepala mereka.
4. Semua jenis burung hidup untuk diri mereka sendiri, mencari makan dan kebutuhan lainnya hanya untuk diri masing-masing. Lain halnya dengan lebah. Ia hidup untuk sesamanya dan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan rajanya. Demikian pula halnya dengan seorang mukmin. Di saat semua orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kesenangannya sendiri, ia hidup di dunia ini untuk Allah Swt.. Hidupnya ia pergunakan untuk melakukan ketaatan kepada-Nya serta bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan orang lain.
5. Kala malam tiba, semua burung masuk ke sarang masing-masing untuk beristirahat dan tidur. Mereka berhenti bekerja. Lain halnya dengan lebah. Ia lebih banyak bekerja di malam hari ketimbang di siang hari. Demikian juga seorang mukmin. Di waktu malam, saat orang-orang mengurung diri di rumah masing-masing, beristirahat dan tidur, seorang mukmin bangkit melangkahkan kaki mengambil air wudu, salat, lalu bermunajat kepada Tuhan seraya menyerahkan seluruh hidupnya dan mengadukan segala persoalan kepada-Nya.
6. Allah Swt. mengharamkan membunuh dan mengganggu lebah, tetapi menghalalkan manfaat yang dihasilkannya. Begitu pula seorang mukmin. Allah Swt. mengharamkan membunuhnya dan melarang mengganggu harga diri, harta, dan keluarganya, tetapi menghalalkan kebaikan dan manfaat yang diberikannya bagi siapa saja yang berhak menerima.
7. Lebah bekerja secara sembunyi-sembunyi. Orang hanya melihat dan menikmati hasilnya. Demikian pula halnya dengan seorang mukmin. Dengan ikhlas ia menyembunyikan amalnya dari penglihatan orang. Mereka baru melihat hasilnya nanti pada hari semua amal ditampakkan, yakni pada Hari Kiamat.
8. Lebah hanya mengambil apa yang ia butuhkan saja dari sesuatu tanpa merusak sesuatu itu. Begitu juga seorang mukmin. Ia hanya mengambil dari dunia ini apa yang benar-benar diperlukannya saja, yang dapat membawa kebaikan bagi diri, agama, dan hatinya. Apa yang ia ambil dijadikannya bekal untuk akhirat tanpa merusak atau menimbulkan kerugian pada sumber asalnya, dan tidak berlebihan.
9. Lebah tidak mau keluar dari sarang untuk memenuhi keperluannya pada hari yang berawan, ketika hujan, saat ada angin kencang, atau tatkala ada petir. Dalam keadaan seperti itu, ia tetap bertahan di sarang sampai keadaan benar-benar normal. Seperti itu pulalah seorang mukmin. Ia selalu berhati-hati dan pandai menahan diri ketika kezaliman merajalela, keharaman tersebar di mana-mana, kekacauan mendominasi suasana, dan keadaan carut-marut. Dalam keadaan yang tidak kondusif seperti itu, ia memilih tinggal di rumah serta menahan mulut dan tangannya, seraya menunggu apa yang akan Allah Swt. lakukan atas keadaan yang tengah berlangsung.
10. Lebah selalu menjauhi benda-benda yang kotor dan tidak mau hinggap di tempat-tempat yang kotor. Begitu pula seorang mukmin. Ia senantiasa menjaga kesucian diri dari maksiat dan hal-hal yang diharamkan. Ia selalu menjauhi segala sesuatu yang buruk, kotor, dan keji.
11. Ada sepuluh hal yang dapat menghancurkan dan merusak tatanan kehidupan lebah sehingga aktivitasnya terhenti, yaitu: asap, dingin, panas, awan, api, air, angin, gelap, lumpur, serta gangguan dan serangan dari sesama lebah atau musuh dari luar. Demikian juga seorang mukmin. Ada sepuluh hal yang dapat merobek keutuhan hatinya, merusak agamanya, dan menghentikan amalnya. Kabut kekerasan dan kelalaian hati, dinginnya rayuan dosa dan maksiat yang menusuk, panasnya hawa nafsu yang membakar, awan keraguan, api kemusyrikan, topan cinta dunia, gelapnya kebodohan, angin cobaan dan fitnah, bau busuknya keharaman, lumpur kebejatan, kezaliman dan kemungkaran, gangguan dari sesama manusia yang secara lahir berbaju iman tetapi hakikatnya penganut bidah dan pengidap kemunafikan, serta gangguan dari musuh, yaitu orang kafir. Kita memohon perlindungan kepada Allah Swt. dari segala ancaman membahayakan ini.
12. Lebah tidak mau berbaur dengan hewan lain yang tidak sejenis meskipun memiliki beberapa sifat yang mirip. Seperti itu pulalah seorang mukmin. Ia tidak mau berbaur dan bergaul akrab dengan orang yang tidak memiliki sifat yang sama walaupun nama dan bentuk mempunyai kemiripan.
13. Dari perut lebah keluar lebih dari satu cairan yang berbeda-beda warna. Setiap cairan mempunyai manfaat tersendiri yang mengagumkan. Demikian juga halnya dengan seorang mukmin. Dari hatinya keluar banyak ‘cairan’ yang beragam warna dan manfaatnya. Apa keluar dari hatinya itu mengalir lewat mulutnya berupa ilmu, hikmah, kata-kata bijak, isyarat, kecerdasan, cinta dan kasih sayang, kejujuran, nasihat, dan sebagainya.
14. Lebah mengeluarkan kotorannya lewat dubur, sedangkan madu dikeluarkannya lewat mulut. Begitu pula seorang mukmin. Syahadat tauhid, beragam ilmu, bacaan Alquran, zikir, kata-kata yang baik, serta amar-makruf dan nahi-mungkar dikeluarkannya dari mulut dengan pengucapan lidahnya. Adapun kotoran dan hadas dikeluarkannya lewat kubul atau dubur.
15. Lebah memakan yang baik, mengeluarkan yang baik, serta memberi kepada yang lain makanan yang lezat dan baik. Demikian juga seorang mukmin. Makanan yang dikonsumsinya baik dan ilmu yang diberikannya juga baik.
16. Lebah, bila hinggap di ranting atau dahan pohon, tidak mematahkannya. Bila meneguk sedikit air sesuai kebutuhannya, lebah tidak menyebabkan air yang ditinggalkan menjadi keruh. Bila mengisap sari bunga, lebah tidak merusak bagian bunga lainnya. Demikian pula halnya dengan seorang mukmin. Ia berinteraksi dengan sesama manusia dalam banyak hal dengan penuh perhitungan, keadilan, kasih sayang, dan nasihat. Ia bergaul sekadar untuk tahu tanpa menyakiti atau menganiaya serta memisahkan diri untuk menjaga keselamatan dan kesucian.
17. Jika ada orang yang coba mengusik lebah, menggangu ketenangan dan kehidupannya dengan mempermainkan atau merusak sarangnya, lebah pasti tidak akan tinggal diam. Ia pasti akan menyengat orang usil itu. Sebaliknya, jika seseorang berdamai dengan lebah, tidak mengusik ketenangannya, dan tidak mengganggu kehidupannya, maka lebah pun tidak akan berbuat apa-apa terhadapnya. Seperti itu pula watak, perilaku, dan sikap seorang mukmin. Terhadap orang yang meredam kemungkaran, tidak menunjukkan kemunafikan, dan tidak mempertontonkan kejahatan, ia tidak akan memata-matai atau menelisik jejaknya. Terhadap orang yang sebaliknya, ia akan mengingatkan dengan lisan dan mencegah dengan tangan (kekuasaan).
18. Lebah, kita lihat, selalu terbang di taman-taman bunga dan mengitari tempat-tempat yang wangi di pinggir-pinggir sungai atau di warung-warung yang menjual makanan manis. Demikian pula halnya dengan seorang mukmin. Engkau akan melihatnya selalu berada di majelis-majelis ilmu dan zikir serta di rumah para ulama, ahli hikmah, dan ahli makrifat yang berzuhud.
19. Lebah, bila hinggap di atas sekuntum bunga, tidak akan beranjak sebelum benar-benar kenyang mengisap sari bunga. Ia lebih memilih mati di taman bunga daripada pulang sebelum memperoleh apa yang dicarinya. Seperti itu pulalah seorang mukmin. Ketika mereguk manisnya takarub dengan Tuhan dan bertemu dengan seorang ahli hikmah, ulama yang memberinya nasihat agama, atau ahli makrifat yang menceritakan pengalaman rohani, ia akan merasa betah bersama mereka. Ketika melakukan amal saleh pun, ia enggan berhenti sampai kematian menghentikannya.
20. Di musim semi dan musim panas lebah memindahkan cadangan makanannya dari luar ke dalam sarang hingga penuh, sedangkan ia sendiri tinggal di luar sarang. Di musim dingin, ia masuk ke sarangnya dan berdiam di dalamnya sambil menata kembali tata ruang sarang. Demikian pula seorang mukmin. Di musim semi dan musim panas ia bekerja untuk memenuhi keperluan pangannya dan kebutuhan keluarganya yang bersifat primer. Begitu masuk musim dingin, ia segera mendatangi majelis-majelis ilmu dan zikir, mengunjungi para ahli ilmu dan ahli hikmah, beriktikaf di masjid, serta giat beribadah, mengevaluasi diri, dan menata kembali amal-amalnya.
21. Lebah makan dari hasil kerja kerasnya sendiri dan memberi yang lain dari jerih payahnya sendiri. Ia tidak pernah mengganggu milik hewan lain, bahkan matanya tidak pernah melirik sesuatu yang bukan miliknya. Seperti itu jugalah seorang mukmin. Ia makan dari usahanya sendiri, memberi orang lain dari hasil kerjanya sendiri, dan tidak pernah meminta-minta kepada orang lain betapapun butuhnya.
22. Ketika di dalam sarangnya tidak ada sesuatu yang bisa dimakan, lebah tidak akan masuk ke sarang lebah yang lain untuk mencari makanan. Jika di dalam sarangnya ada sesuatu yang bisa dimakan, ia makan. Jika tidak, ia pun menahan lapar. Demikian pula seorang mukmin. Betapapun ia membutuhkan bahan makanan, ia tidak akan mendatangi rumah orang untuk meminta-minta. Ia tidak akan berani mengambil milik orang lain dengan cara paksa atau lewat kekerasan, betapapun sulitnya ia mendapatkan bahan pangan. Jika ada orang yang memberi dengan suka rela, tanpa unsur pemaksaan, barulah ia menerima. Jika tidak, ia pun menahan lapar.
23. Lebah tidak bekerja berdasarkan pendapat sendiri atau menurut keinginan pribadi, melainkan berdasarkan petunjuk sang pemimpin. Ia hanya mengikuti apa yang telah digariskan oleh sang raja dan tidak keluar dari aturannya. Demikian juga seorang mukmin. Ia tidak beramal berdasarkan nalarnya sendiri atau menurut selera pribadinya, melainkan mengikuti imam dan ulama tepercaya.
24. Lebah tidak akan melaksanakan pekerjaannya sebelum menutup pintu sarangnya. Selagi masih ada celah, lubang, atau kebocoran dalam dinding sarangnya, ia terlebih dahulu memperbaikinya sebelum menggarap pekerjaannya. Begitu jugalah seorang mukmin. Ia tidak merasakan manisnya ibadah dan giatnya amal kecuali dalam kondisi tertutup ketika tidak ada yang melihatnya kecuali Allah Swt. atau, paling-paling, anggota keluarganya. Amal yang dilihat oleh anggota keluarga ketika berada di rumah atau oleh teman ketika berada dalam perjalanan, tidak mengurangi nilai ikhlas.
25. Lebah tidak memerlukan banyak barang dunia. Yang diperlukannya hanyalah air, bunga, dan tempat-tempat yang mengeluarkan aroma wewangian. Begitu pula halnya dengan seorang mukmin. Di dunia ini, yang dibutuhkannya hanyalah ilmu yang bermanfaat, zikir kepada Allah Swt., dan amal saleh. Itulah yang menjadi kesibukannya. Ia mengonsentrasikan diri, berjuang, dan mati di dalamnya.
26. Ukuran tubuh lebah kecil dan bentuknya tidak menarik—untuk tidak mengatakan hina, tetapi hasil karyanya berbobot, berkualitas tinggi, beharga mahal, berasa enak, dan merupakan makanan/minuman yang paling manis. Seperti itu pulalah seorang mukmin. Ukuran tubuhnya mungkin kecil serta banyak orang menghina dan meremehkan penampilannya, namun kualitas, nilai, dan amalnya amat berbobot dan sungguh mulia.
27. Lebah mempunyai tiga keadaan, yaitu: terbang dengan sayap, bergerak dan bekerja dengan tubuh, dan diam beristirahat. Demikian pula seorang mukmin. Ia mempunyai tiga keadaan. Pertama keadaan ketika terbang dengan hatinya, melintasi alam malakut dan dunia metafisik, serta meresapi makna-makna ilmu. Kedua keadaan ketika beribadah, mengabdi, dan beramal dengan anggota badan. Ketiga keadaan ketika berhenti dari dua keadaan sebelumnya. Dalam keadaan ketiga ini, ia beristirahat dengan melakukan apa yang dihalalkan oleh Allah Swt., seperti makan, minum, dan bercengkerama dengan anggota keluarga.
28. Lebah akan mati-matian mengejar orang yang mengambil barang miliknya, ke mana pun orang itu lari. Ia pasti akan mencegah tangan orang yang hendak mengambil harta miliknya berupa sarang dan madu. Ia tidak akan pernah menyerahkan harta miliknya begitu saja kepada siapa pun, kecuali terpaksa. Demikian juga halnya dengan seorang mukmin. Demi menjaga kehormatan diri, agama, keutuhan amal, dan keluarganya, ia rela mengorbankan jiwa dan hartanya.
29. Semua jenis burung menjadi najis begitu mereka mati dan tempat mereka mati juga menjadi najis. Lain halnya dengan lebah. Selagi hidup dan sesudah mati, ia tetap suci. Begitu pula seorang mukmin. Semasa hidup dan setelah matinya, ia tetap suci.
30. Makanan yang paling menggugah selera dan paling manis di dunia ini adalah madu yang dihasilkan oleh lebah. Demikian juga halnya dengan seorang mukmin. Ia menghasilkan manisan yang paling manis dan paling mengundang selera, yaitu makrifat, iman yang murni, ilmu yang bermanfaat, dan cinta yang suci.
31. Lebah, bila diterjang angin kencang hingga terlempar ke permukaan air, ke tanah berlumpur, atau ke tengah-tengah duri, ia masih bisa berjuang untuk bangkit dan akhirnya selamat lalu terbang lagi. Tetapi, apabila terlempar ke dalam api atau ke tengah-tengah asap, ia tidak akan selamat dan akhirnya binasa. Seperti itu pulalah seorang mukmin. Karena satu dan lain hal, mungkin ia terhempas ke dalam lumpur dosa dan maksiat. Hampir dapat dipastikan, ia bisa bangkit kembali dan keluar dari lumpur itu. Namun, jika ia terjerumus ke dalam kekufuran dan bidah, ia pasti akan binasa di dalamnya. Tidak ada harapan untuk bisa selamat.
32. Semua burung dapat dipikat dengan biji-bijian yang disimpan di dalam perangkap, sedangkan lebah tidak bisa dipancing dengan apa pun selain dengan apa yang dihasilkannya, yakni madu. Begitu terperangkap dalam madu, ia mati di dalamnya. Demikian pula halnya dengan seorang mukmin. Ia tidak bisa dipancing dengan benda atau rayuan duniawi. Ia hanya akan terpancing oleh Allah Swt. atau dengan apa yang dimiliki-Nya, seperti kebenaran, ilmu, dan hikmah.
33. Setiap kelompok lebah mempunyai seekor pemimpin. Selama sang pemimpin berada di tengah-tengah mereka, musuh tidak akan berani mengusik dan tidak akan coba-coba mengambil milik mereka. Apabila sang raja mati atau pergi meninggalkan mereka, mereka pun kocar-kacir berhamburan dan akhirnya satu persatu binasa. Demikian juga kaum mukmin. Selama para ulama dan imam berada di tengah-tengah mereka, musuh tidak akan berani mengusik mereka dan setan tidak akan berani mengganggu mereka. Jika tidak ada seorang pun ulama dan imam di antara mereka, mereka pun tercerai-berai dan akhirnya binasa.
34. Apabila raja lebah mempunyai cacat, rakyat lebah tidak dapat bekerja dengan baik, sarang pun tidak terawat dengan baik, dan pada gilirannya mereka akan hancur. Sebaliknya, jika sang raja lurus dan bertindak dengan bijaksana, rakyat lebah pun hidup dengan baik dan lancar. Seperti itu pulalah kaum mukmin. Bila para pemimpin mereka adil, para ulamanya bertakwa, serta para pedagang dan kaum profesionalnya jujur, maka urusan mereka akan berjalan dengan baik dan lancar. Jika tidak, mereka akan celaka.
35. Komunitas lebah akan tetap makmur meskipun sebagian anggota komunitasnya ada yang mengikuti hawa nafsu, ditimpa penyakit, atau melakukan kesalahan, selama raja mereka adil dan bertindak lurus. Demikian juga komunitas kaum mukmin. Apabila kalangan khusus mereka sudah tidak bermoral, kalangan awam pun akan terbawa binasa. Sebaliknya, meskipun kelakuan kalangan awam bobrok, mereka tidak akan binasa selama kalangan khusus berperilaku baik dan berakhlak mulia.
36. Ada dua jenis lebah: lebah yang ada di gunung-gunung dan bersarang di pepohonan dan lebah yang ada di tengah-tengah keramaian dan bersarang di perumahan. Lebah yang ada di gunung-gunung dan bersarang di pepohonan terlindung dari polusi dan relatif aman dari ancaman kebinasaan. Lebah yang ada di tengah-tengah perkampungan manusia dan bersarang di rumah-rumah atau bangunan lain yang dibuat oleh manusia, tidak aman dari bahaya kehancuran. Demikian juga halnya dengan orang beriman, ada dua macam. Di antara mereka ada yang menghabiskan sebagian besar waktunya di pasar-pasar dan sentra-sentra keramaian lainnya. Ada pula yang menempuh pola hidup zuhud, jauh dari keramaian, dan gemar mengasingkan diri di gunung-gunung atau di gua-gua untuk berkhalwat. Yang pertama relatif tidak aman dari fitnah dan kemungkinan terjerumus dalam hal yang haram dan syubhat. Yang kedua aman dari semua itu; mereka lebih tenteram, damai, selamat, dan suci.
37. Lebah tinggal di dalam sarang yang terbilang bersih dari benda-benda yang tidak diperlukan dan kosong dari barang-barang yang tidak berguna. Lebah, bahkan, tidak menyimpan sumber pangannya di dalam sarang. Dengan kata lain, ia tidak pernah membawa sekuntum bunga atau sumber makanan lainnya ke dalam sarang. Hal itu tidak membuatnya takut kelaparan. Ia begitu tenang dan damai tinggal di dalam sarang tanpa ada kekhawatiran akan sumber pangan. Demikian juga halnya dengan seorang mukmin. Ia tidak takut akan kemiskinan dan kebangkrutan. Menjadi miskin atau kaya baginya sama saja, sebab yang membuat dirinya merasa kaya adalah limpahan keyakinan dan manisnya kebersamaan dengan Tuhan.
38. Kawanan lebah, jika dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain, mereka menurut saja dan tinggal di tempat yang baru dengan nyaman. Seperti itu pulalah seorang mukmin. Di mana pun ia berada dan ke mana pun ia diajak, dengan senang hati ia akan menjalani dan mengikutinya. Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan seorang mukmin adalah seperti air, mengalir dengan mudah ke mana saja selama di sana tidak ada hal-hal yang dilarang oleh agama atau hal-hal yang dapat mengurangi kadar keberagamaannya.”
39. Lebah tidak suka dengan iklim yang terlalu panas atau terlalu dingin. Itu karena, baik iklim yang terlalu panas maupun yang terlalu dingin, keduanya dapat mengganggu, bahkan menghancurkan tatanan kehidupan mereka. Demikian pula halnya dengan seorang mukmin. Ia berada di antara takut dan harap. Terlalu berharap dapat merusak tatanan keberagamaannya dan terlalu takut dapat membuatnya putus asa dari rahmat Tuhan.
40. Lebah takut akan dua hal, yaitu: terik matahari yang menyengat di musim panas dan dingin yang menusuk di musim dingin. Begitu juga halnya dengan seorang mukimin. Ia berada di antara dua hal yang ditakutkan, yakni: ajal yang telah ditetapkan Allah Swt.—karena ia tidak tahu apa yang telah Allah Swt. tentukan bagi dirinya dalam ketetapan itu—dan ketetapan yang akan datang—karena ia tidak tahu apa yang Allah Swt. kehendaki bagi dirinya di masa depan.
Rasulullah saw. juga bersabda, “Seorang mukmin laksana lebah; ia memakan yang baik-baik, mengeluarkan yang baik-baik, serta hinggap di ranting tanpa mematahkannya.”
Inilah salah satu sifat mukmin. Ia memakan hanya yang baik dan memberi makan kepada yang lain pun hanya dengan yang baik. Ia orang baik dan memberi kebaikan bagi sesamanya. Ia memberi tanpa diminta, berlapang dada, bersikap santun, dan jauh dari keinginan menyakiti orang. Di mana pun berada, ia tak pernah membuat kerusakan. Tak heran jika persangkaan orang terhadapnya hanya persangkaan yang baik. Dengan sifat-sifat inilah segolongan kaum mukmin dikenal.[]
* Syekh Abû Thâlib al-Makkî adalah ulama klasik, penulis kitab termasyhur Qut al-Qulub (Nutirisi untuk Hati).